Penulis
Isabelle Debeaujon, Karen M. Le´on-Kloosterziel, and Maarten Koornneef
Biji Arabidopsis terdiri dari sebuah embrio putih yang dikelilingi satu lapisan hyaline dan satu lapisan aleuron yang menyimpan cadangan makanan dan berkaitan dengan testa atau kulit biji. Testa biji merupakan derivat dari jaringan ovular dan bersifat maternal. Testa pada biji tumbuhan tingkat tinggi berperan dalam melindungi embrio pada kondisi yang kurang menguntungkan.
Peran tersebut terutama pada pengaturan perkecambahan melalui mekanisme dormansi dan pembatasan aktifitas fisik dan biologis yang merugikan selama masa penyimpanan biji. Testa biji membatasi terjadinya perkecambahan malalui sifat impermeable terhadap air atau oksigen, serta resistensi mekanik pada tumbuhnya radikula. Sifat-sifat tersebut diketahui berkaitan dengan warna biji akibat adanya senyawa fenolik yang bervariasi pada berbagai spesies. Berbagai penelitian biji Arabidopsis dengan menggunakan mutan telah dilakukan, namun peran embrio dan interaksinya dengan testa pada pengaturan dormansi belum diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengeahui pengaruh mutasi testa terhadap dormansi, perkecambahan dan lama ketahanan biji Arabidopsis.
Analisis fungsi testa pada penelitian yang
disampaikan pada jurnal ini dilakukan dengan membandingkan biji yang mengalami
mutasi pigmentasi testa atau struktur lain yang mempengaruhi dormansi,
perkecambahan, dan penyimpanan biji. Pengamatan dilakukan melalui pewarnaan
dengan vanili dan pengamatan mikroskopik. Biji mutan yang digunakan terdiri
dari 2 grup yaitu grup yang mengalami mutasi pada pigmentasi testa dan grup
yang mengalami mutasi stuktur testa. Biji mutan pigmentasi terdiri dari transparent testa (tt) dan transparent testa glabra (ttg) yang
bervariasi dari kuning (tt1-tt5, tt8
dan ttg1), coklat muda (tt6, tt7, dan tt10) dan coklat keabu-abuan
(tt9). Biji mutan struktural terdiri
dari aberrant testa shape (ats), glabra2 (gl2), apetala (ap2), dan ttg1
yang merupakan kombinasi mutan struktural dan pigmentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
biji mutan pigmentasi mengalami penurunan level dormansi dibandingkan dengan
biji non mutan. Biji mutan struktural menunjukkan adanya penurunan level
dormansi yang lebih sedikit. Penurunan level dormansi pada biji mutan
pigmentasi dapat berkaitan dengan tingkat transparansi warna. Hal ini
ditunjukkan dari adanya kesamaan perilaku hasil pengamatan dari berbagai biji
dengan kelompok warna yang mirip.
Biji-biji yang digunakan merupakan biji yang
telah disimpan selama 4 tahun pada suhu ruang. Biji-biji mutan testa tersebut
umumnya menunjukkan penuruan kemampuan perkecambahan dan peningkatan
abnormalitas benih dibandingkan dengan biji non mutan. Biji mutan struktural ats dan ap2 menunjukkan efek yang paling besar diantara seluruh biji yang
digunakan pada penelitian ini. Tingkat kerusakan biji tidak terlalu berhubungan
dengan karakterisasi level dormansi atau dengan ukuran dan berat biji.
Permeabilitas kulit biji dianalisis dengan
menggunakan uji tetrazolium. Pengubahan dormansi dan penyerapan tetrazolium
berkaitan dengan kerusakan pada pigmentasi endothelium dan lapisan jaringan
parenkimatik sekitarnya. Biji mutan pigmentasi dan struktural yang diwarnai
dengan tetrazolium mennjukkan reaksi positif dengan adanya perubahan warna dari
erah terang ke merah gelap berdasarkan genotipnya. Impermeabilitas biji non
mutan terhadap tetrazolium selama fase perkembangan biji sejalan dnegan
kemunculan pigmen coklat selama desikasi biji. Impermeabilitas tersebut menurun
secara perlahan setelah masa panen. Biji non mutan (wild-type) bersifat permeable terhadap garam tetrazolium Hal-hal
tersebut menunjukkan bahwa perkecambahan yang terindikasi melalui permeabilitas
biji terhadap tetrazolium tidak dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengamati permeabilitas Arabidopsis terhadap air.
Disisi lain, perubahan struktur seperti
hilangnya/modifikasi lapisan epidermal pada beberapa mutan spesifik menunjukkan
adanya pengaruh terhadap level dormasi dan permeabilitasnya terhadap
tetrazolium.. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa biji-biji mutan struktural
dan pigmentasi tersebut mengalami kerusakan lebih cepat daripada biji non mutan
selama masa peyimpanan pada suhu ruangan. Biji mutan struktural menunjukkan
efek yang paling besar diantaranya biji-biji lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar