Senin, 13 Maret 2017

Basa N dan Ilmu Allah

Beberapa hari terakhir ini, saya sedang asyik (lebih tepatnya sedikit terpaksa) membaca buku-buku teks biologi, khususnya yang banyak berkaitan dengan genetika dan biologi molekuler. Pagi ini, saya sampai pada topik tentang asam nukleat (DNA dan RNA) yang menjadi pengkode protein sekaligus kunci dari segala fenotip makhluk hidup. Seperti yang telah kita ketahui dalam pelajaran IPA, bahwa asam nukleat mengandung basa-basa nitrogen yang terdiri  basa A, G, C, dan T (pada RNA, T diganti U).
Basa-basa tersebut mengkode suatu polipeptida pembentuk asam amino yang menyusun suatu protein dalam bentuk triplet basa (disebut sebagai kodon). Kodon-kodon ini mengkode suatu asam amino spesifik yang kombinasi rangkaiannya sangat teratur. Jumlah kodon-kodon ini tentunya bukan hanya satu, puluhan, atau ratusan, tapi jauh lebih dari itu. Kodon-kodon inilah yang menentukan berbagai karakter pada setiap makhluk hidup, seperti warna kulit, bentuk hidung, warna rambut, hingga kesehatan tubuh kita (misal, kemampuan produksi hormone atau ketahanan terhadap penyakit), selain nantinya dipengaruhi pula oleh lingkungan. Bayangkan jika ada satu saja basa penyusun kodon yang tidak tepat, efeknya akan sangat besar bagi makhluk hidup karena basa tersebut menyusun kodon yang menjadi pengkode asam amino penyusun suatu protein.
Setelah membaca beberapa sub topik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran basa-basa nitrogen bagi makhluk hidup ini, saya sampai pada suatu pemikiran. Pemikiran bahwa ada begitu banyak protein yang kita butuhkan yang masing-masing terdiri dari beberapa asam amino. Asam amino dikode oleh triplet kodon, sehingga jumlah kodon sudah pasti tiga kali lipat dari asam amino yang diproduksi tubuh makhluk hidup. Sungguh sangat detil sekali bukan???
Penemuan-penemuan konsep tersebut membutuhkan proses dan waktu yang sangat lama. Penelitian yang dilakukan bukan hanya berjumlah satuan dan oleh beberapa orang saja. Namun, kejelasan konsep ini baru diperoleh setelah hampir seabad dengan berbagai model penelitian oleh banyak penelitia dari seluruh dunia. Jika setiap peneliti menulis satu jurnal/laporan penelitian untuk setiap penelitiannya, bayangkan berapa banyak jurnal yang sudah tertulis untuk menemukan konsep jelas tentang asam nukleat??? Belum termasuk konsep-konsep lainnya. Lihat saja sudah berapa banyak skripsi, tesis, dan disertasi yang menjadi penghias rak besar perpustakan di seluruh universitas di dunia!!! Jumlahnya sudah sangat sulit untuk kita hidung bukan?!
Pemikiran ini akhirnya mengingatkan saya pada dalil ini:
“Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (QS. Alkahfi: ayat 109).
Ada pula yag menyebutkan bahwa ilmu manusia itu hanya setetes air, disbanding ilmu Allah yang seluas lautan/samudera. Sungguh hal ini benar adanya. Tumpukan buku dan hasil penelitian, kumpulan portal online berisi jurnal dan karya manusia nyatanya masih terus berkembang, pertanda bahwa ilmu Allah itu sangat luas. Maka pantaskah kita disebut sebagai pintar? Ahli? Jika kita baru belajar sebagian kecil saja dari ilmu kehidupan.
Belajar adalah sepanjang hayat. Kita belajar setiap hari dan setiap saat apapun yang terjadi dalam hidup kita. Namun, janganlah lupa bahwa Allah lah yang Maha mengetahui segalanya, Allah lah Maha berkuasa untuk segala kompleksitas alam dan isinya mulai dari keteraturan jagad raya hingga molekul kecil berupa asam nukleat. Maka tak patut bagi kita menjadi angkuh, sombong, malas belajar, apalagi kufur akan nikmatNya.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang berilmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar