A. TUJUAN
Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui daya kecambah pada substrat yang berbeda dengan
menggunakan beberapa biji diantaranya biji jagung (Zea mays L.), biji kacang tanah (Arachis hypogaea), kedelai (Glycine
max), dan bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa).
B. TINJAUAN PUSTAKA
Biji
merupakan salah satu bentuk mekanisme reproduksi utama pada tumbuhan tingkat
tinggi Spermatophyta. Individu tumbuhan baru dapat terbentuk apabila biji
memulai proses perkecambahan. Perkecambahan merupakan proses awal pertumbuhan
berbiji yang disertai dengan reaktivasi system metabolic dari biji. Mulainya
kembali aktivitas metabolik ini mengakibatkan munculnya radikula dan plumula
pada biji.
Sebagian
besar biji yang telah dewasa/matang, berada pada kondisi kering dan kekurangan
air, sehingga tidak dapat mengalami perkecambahan meskipun biji tersebut viable (Postlethwait & Hopson, 2006) . Perkecambahan
terjadi karena adanya penyerapan air dari lingkungan ke dalam biji, baik dari
tanah, udara maupun media tanam lainnya. Perubahan yang dapat diamati pada
peristiwa ini adalah membesarnya ukuran biji karena membesarnya sel-sel embrio.
Peristiwa penyerapan air ini disebut sebagai imbibisi. Kehadiran air dalam sel
mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan dan mulai mengontrol fitohormon yang
mempengaruhi metabolisme biji. Masuknya air ini mengakibatkan hormon giberelin
meningkat dan asam absisat menurun. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada
tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan,
lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio seperti ABI3, FUS3, dan LEC1 menurun
perannya dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat
perannya diantaranya GA1, GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Selain itu,
terjadi pengaturan auksin yang berfungsi dalam formasi sel oleh faktor
transkripsi yang disebagai ARFs (Auxin Response Factors) yang kerjanya diredam
oleh miRNA (Li., et al, 2007).
Perubahan pengontrolan hormon ini merangsang terjadinya
pembelahan sel pada bagian yang aktif melakukan mitosis, salah satunya pada
bagian ujung radikula. Akibatnya, radikula membesar dan kulit biji terdesak
sehingga menjadi pecah/lepas. Lepasnya kulit biji (seed coat) memungkinkan oksigen untuk masuk ke dalam biji, sehingga
biji mampu melakukan respirasi seluler (Postlethwait & Hopson, 2006) . Adakalanya biji
memerlukan cekaman-cekaman tertentu untuk dapat melakukan perkecambahan
misalnya cekaman temperatur tinggi maupun temperatur rendah.
Perkecambahan
biji dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal biji
diantaranya ialah viabilitas biji berdasarkan kandungan hormone, kematangan
embryo, kulit biji dan sebagainya. Faktor eksternal yang mempengaruhi
perkecambahan biji diantaranya ialah temperatur yang sesuai, air, oksigen, dan
intensitas cahaya (Raven, Ray, & Susan, 2005) . Biji yang berbeda
juga menunjukkan respon perkecambahan yang berbeda, namun lebih banyak
berkaitan dengan faktor lingkungannya. Meskipun embrio biji hidup (viable) , tetapi belum tentu dapat
mengalami perkecambahan sampai pada kondisi lingkungan tertentu (Postlethwait & Hopson, 2006) .
Ada
beberapa metode uji perkecambahan yang digunakan dalam skala laboratorium
dengan menggunakan media kertas, namun dengan teknik yang berbeda-beda.
Beberapa teknik tersebut ialah teknik uji diatas kertas, uji antar kertas, uji
kertas digulung, dan uji kertas-plastik digulung. Metode-metode uji tersebut
menciptakan kondisi lingkungan yang berbeda bagi biji. Meskipun demikian,
perlakuan tersebut harus dapat menjamin bahwa kondisi lingkungan cukup
menguntungkan bagi biji untuk mengalami perkecambahan biji terutama dalam hal
ketersediaan air, cahaya, temperatur, dan oksigen (Throneberry & Smith, 2001) .
Percobaan
ini menggunakan beberapa biji diantaranya biji jagung (Zea mays L.), biji kacang tanah (Arachis hypogaea), kedelai (Glycine
max), dan bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) dengan penjelasan karakter sebagai berikut:
1. Biji
jagung (Zea mays L.)
Jagung
merupakan tanaman monokotil yang memiliki satu kotiledon. Embrio pada tanaman
jagung terletak di bawah endosperma yang bersifat padat. Embrio jagung ini
terdiri dari radikula yang dilindingi oleh sel-sel koleoriza dan plumula yang dilindungi
oleh sel-sel aleuron. Biji jagung memiliki pelindung paling luar berupa
pericarp. Adapun klasifikasi tanaman jagung ialah:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea
mays
2. Biji
kacang tanah (Arachis hypogaea)
Kacang
tanah merupakan tanaman polong-polongan atau legume, sehingga termasuk dalam
biji dikotil dengan dua kotiledon. Tanaman kacang-kacangan identic dengan
kemampuannya bersimbiosis dengan bakteri untuk mengikat nitrogen bebas dari
lingkungannya. Kemampuan tersebut menyebabkan adanya peningkatan fertilitas
tanah yang menjadin medianya. Hal inilah yang menyebabkan kacang tanah cukup
bernilai tinggi dalam pertanian. Adapun klasifikasi dari tanaman kacang tanah
ialah:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Fabales
Family : Leguminosae / Fabaceae
Genus : Arachis
Species : Arachis
hypogaea
3. Biji
kedelai (Glycine max)
Kedelai
juga merupakan tanaman legume. Biji kedelai bernilai gizi tinggi karena
mengandung asam fitat, beberapa mineral, dan beberapa jenis vitamin yang banyak
dimanfaatkan dalam produksi industri makanan. Klasifikasi dari tanaman kedelai
ialah:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Fabales
Family : Leguminosae / Fabaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine
max
4. Biji
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa)
Tanaman
bunga pukul empat umumnya dibudidayakan untuk keperluan sebagai tanaman obat
dan tanaman hias. Biji tanaman ini memiliki struktur yang sangat ringan
meskipun ukurannya sama seperti biji-biji pada umumnya. Namun, hal tersebut
tidak mengurangi viabilitas bijinya. Adapun klasifikasi tanaman bunga pukul
empat ialah:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Caryophyllales
Family : Nyctaginaceae
Genus : Mirabilis
Species : Mirabilis
jalapa
C. METODE
1.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan pada percobaan ini antara lain cawan petri, gelas baker, dan
teko. Bahan yang digunakan antara lain kertas merang, air, plastic, karet, biji
jagung (Zea mays L.), biji kacang
tanah (Arachis hypogaea), kedelai (Glycine max), dan bunga pukul empat (Mirabilis jalapa).
2.
Cara
Kerja
Biji
kacang tanah (Arachis hypogaea),
kedelai (Glycine max), dan bunga
pukul empat (Mirabilis jalapa)
dikecambahkan dengan tiga metode yang berbeda yaitu:
a. Metode
uji di atas kertas
Cawan
petri diisi dengan kertas merang yang sudah dipotong membulat seukuran dengan
cawan petri tersebut. Biji-biji diletakkan di atas kertas tersebut sebanyak
masing-masing 25 biji. Kemudian dibasahi dengan air secukupnya.
b. Metode
uji antar kertas
Cawan
petri diisi dengan kertas merang yang sudah dipotong membulat seukuran dengan
cawan petri tersebut. Biji-biji diletakkan di atas kertas tersebut sebanyak
masing-masing 25 biji. Kemudian dibasahi dengan air secukupnya dan ditutup
dengan kertas merang di atasnya.
c. Metode
Uji Antar Kertas digulung
Biji-biji
diletakkan sejajar di atas kertas merang masing-masing sebanyak 25 biji,
kemudian ditutup dengan kertas merang kembali dan digulung. Gulungan biji
tersebut kemudian dilapisi dengan plastik dan diikat dengan karet untuk
memperkuat gulungan biji dan agar gulungan biji tersebut dapat berdiri tegak
dalam wadah teko selama proses perkecambahan.
d. Metode
Uji Kertas-Plastik digulung
Biji-biji
diletakkan sejajar di atas kertas merang masing-masing sebanyak 25 biji,
kemudian ditutup dengan plastik dan digulung. Gulungan biji tersebut kemudian
dilapisi dengan plastik dan diikat dengan karet untuk memperkuat gulungan biji
dan agar gulungan biji tersebut dapat berdiri tegak dalam wadah teko selama
proses perkecambahan.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data berikut ini:
PERLAKUAN
|
DI ATAS KERTAS
|
DITUTUP KERTAS
|
ANTAR KERTAS (digulung)
|
ANTAR KERTAS-PLASTIK (digulung)
|
||||||||
A
|
B
|
∑
|
A
|
B
|
∑
|
A
|
B
|
∑
|
A
|
B
|
∑
|
|
Jagung
|
13
|
20
|
33
|
25
|
25
|
50
|
25
|
25
|
50
|
22
|
24
|
46
|
Kacang Hijau
|
25
|
22
|
47
|
24
|
23
|
47
|
25
|
25
|
50
|
19
|
24
|
43
|
Bunga Pukul Empat
|
1
|
0
|
1
|
22
|
24
|
46
|
25
|
21
|
46
|
21
|
19
|
40
|
Kedelai
|
14
|
20
|
34
|
25
|
22
|
47
|
25
|
25
|
50
|
15
|
17
|
32
|
Kacang Tanah
|
24
|
16
|
40
|
25
|
24
|
49
|
24
|
25
|
49
|
25
|
21
|
46
|
Rata-rata
|
31
|
47,8
|
49
|
41,4
|
Keterangan: A dan B
merupakan ulangan
Grafik Hasil Perkecambahan biji pada
semua perlakuan
Grafik Rata-rata Perkecambahan Biji untuk Setiap Perlakuan Metode Uji
Percobaan
ini bertujuan untuk mengetahui daya kecambah pada substrat yang berbeda dengan
menggunakan beberapa biji diantaranya biji jagung (Zea mays L.), biji kacang tanah (Arachis hypogaea), kedelai (Glycine
max), dan bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa). Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan
perkecambahan pada biji-biji yang dikecambahkan dengan berbagai metode uji. Secara
umum, rata-rata tertinggi perkecambahan diperoleh dari metode uji antar kertas
dengan jumlah 49 biji dari total 50 biji, sedangkan rata-rata terendah
diperoleh dari metode uji di atas kertas sebesar 31 biji. Metode uji ditutup
kertas dan antar kertas-plastik berturut-turut memiliki rata-rata perkecambahan
sebesar 47,8 dan 41,4.
Apabila
dilihat dengan lebih rinci, seluruh biji yang dikecambahkan dengan metode uji
antar kertas menjunukkan hasil perkecambahan yang paling tinggi pada semua
jenis biji. Begitupula denga perlakuan metode uji ditutup kertas dan uji antar
kertas-plastik juga menunjukkan hasil yang cukup baik. Perlakuan metode uji di
atas kertas selalu menunjukkan perkecambahan yang paling rendah pada semua
biji, kecuali biji kacang hijau dan kedelai, namun biji kedelai tidak terlelau
berbeda dengan perlakuan antar-kertas plastik. Bunga pukul empat bahkan hanya
berkecambah sejumlah 1 biji dari total 50 biji pada metode uji di atas kertas.
Hal tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh metode ujinya
2.
Pembahasan
Percobaan
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode uji perkecambahan merupakan hal
sederhana namun memiliki pengaruh terhadap perkecambahan biji. Hal tersebut
berkaitan dengan pengkondisian biji sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi
perkecambahan biji. Menurut Gardner et al (1991), pertumbuhan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal biji. Faktor internal biji umumnya berupa
viabilitas biji yang disebabkan karena faktor genetik maupun faktor lingkungan.
Hal tersebut dapat dilihat pada fenomena dimana biji bunga pukul empat hanya
berkecambahan 1 biji dari total 25 biji. Hal tersebut mungkin tidak hanya
dipengaruhi oleh metode ujinya, tetapi juga dipengaruhi oleh viabilitas biji
yang memang lebih rendah dari pada yang lain. Disisi lain, Tanaman memiliki
temperatur optimum pertumbuhan yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya (UoA, 1998) .
Kelima jenis biji tersebut menunjukkan kemampuan perkecambahan yang berbeda
meskipun cenderung seragam untuk setiap metode uji seperti terlihat pada
grafik.
Hasil
perkecambahan yang paling maksimum diperoleh dari metode uji antar kertas,
sedangkan hasil terendah diperoleh dari metode uji diatas kertas. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor eksternal yang mempengaruhi
perkecambahan biji diantaranya ialah temperatur yang sesuai, air, oksigen, dan
intensitas cahaya (Raven, Ray, & Susan, 2005) . Salah satu faktor
yang paling berkaitan ialah faktor intensitas cahaya. Menurut beberapa
penelitian dan percobaan praktikum, biji yang dikecambahkan dalam kondisi gelap
(ternaung) akan menunjukkan aktivitas pertumbuhan termasuk perkecambahan yang
lebih cepat. Hal ini sesuai hasil percobaan yang dilakukan dimana metode uji
diatas kertas memiliki hasil terendah karena terpapar langsung cahaya matahari.
Selain
itu, intensitas cahaya akan sangat berkaitan dengan kadar oksigen dan
temperature lingkungan. Intensitas cahaya yang tinggi akan mengakibatkan
temperature naik. Hal tersebut didukung dengan
pernyataan bahwa temperatur yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
adanya denaturasi enzim dalam biji, sehingga metabolismenya terganggu (Campbell, et al., 2008) .
Temperatur yang terlalu rendah dapat mengakibatkan adanya perubahan fluiditas
pada membran sel (Campbell, et al., 2008) . Dalam
percobaan ini, metode uji ditutup kertas dan metode uji antar kertas-plastik
yang berada kondisi tertutup juga menunjukkan hasil perkecambahan yang cukup
baik.
Biji
yang memiliki viabilitas untuk berkecambah dalam kondisi lingkungan yang
mendukung, mungkin tidak dapat melanjutkan pertumbuhan karena perubahan rentang
toleransi kondisi optimum yang mempengaruhi vigornya (OSU, 2016) .
Oleh karena itu, metode uji tersebut akan mempengaruhi perkecambahan biji. Biji
yang dikecambahkan pada metode uji antar kertas-plastik menunjukkan hasil yang
cukup baik, namun kurang maksimal seperti metode uji antar kertas maupun metode
uji ditutup kertas. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh adanya plastik yang
menghalangi keluar masuknya air. Air dapat masukd dari bagian bawah rendaman,
tetapi akan sulit menguap karena terhalang plastik. Akibatnya kadar air pada
biji menjadi lebih tinggi dari kebutuhannya. Kadar air merupakan faktor penting
dalam regulasi pertumbuhan dan perkeceambahan biji (Egli & Tekrony, 1997) .
E. KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa metode uji perkecambahan mempengaruhi
perkecambahan biji. Metode yang menunjukkan hasil perkecambahan paling optimal
ialah metode uji antar kertas-digulung, sedangkan metode uji yang menunjukkan
hasil yang paling rendah ialah metode uji di atas kertas. Hal tersebut
berkaitan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi biji, terutama faktor
eksternal/lingkungan perkecambahan biji.
F.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M.
L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., et al. (2008). Biology, 8th Edition.
Pearson Benjamin Cummings.
Egli, D. B., &
Tekrony, D. M. (1997). Species Differences in Seed Water Staturs During Seed
Maturation and Germination. Seed Science Research, 3-12.
Li., e. a. (2007).
Repression of AUXIN RESPON FACTOR10 by microRNA 160 is Critical for Seed
Germination and Post-Germination Stages. The Plant Journal, 133-146.
OSU. (2016). OSU:
Seed Laboratory. Retrieved December 31, 2016, from Seed Laboratory:
Impotance of Seed Vigor Testing: http://seedlab.oregonstate.edu/
Postlethwait, J. H.,
& Hopson, J. L. (2006). Modern Biology. USA: Holt, Rinehart and
Winston.
Raven, P. H., Ray,
& Susan. (2005). Biology of Plants. New York: W.H. Freeman and
Company Publishers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar