Senin, 27 Maret 2017

Praktikum Fisiologi Biji: Pengaruh Kondisi Lingkungan Terhadap Perkecambahan Biji - Temperatur TInggi


A.  TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh temperatur tinggi pada perkecambahan biji gulma orok-orok (Crotalaria juncea).


B.  TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gardner et al (1991), pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berupa faktor genetik yang meliputi ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah dan biologis, laju fotosintetik, respirasi, pembagian hasil asimilasi N, dan kadar klorofil, karoten serta pigmen lain yang dimiliki tumbuhan. Faktor eksternal dapat berupa iklim yang terdiri dari intensitas cahaya, temperatur, air, panjang hari (siang), dan kadar gas. Selain itu, faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan juga dapat berupa faktor biologis seperti adanya gulma dan hewan pengganggu disekitarnya, serta faktor edafik (tanah) yang meliputi tekstur, derajat keasamaan, dan kandungan hara dalam tanah.
Temperatur merupakan salah satu faktor eksternal yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman sejak awal masa perkecambahan. Temperatur seringkali berkaitan dengan intensitas cahaya, panjang hari (siang), dan kadar oksigen atau air di lingkungan. Tanaman memiliki temperatur optimum pertumbuhan yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya (UoA, 1998). Temperatur yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dari temperatur optimum tanaman dapat mengganggu aktivitas pertumbuhannya. Temperatur yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan adanya denaturasi enzim dalam biji, sehingga metabolismenya terganggu (Campbell, et al., 2008). Disisi lain, sebagian besar tanaman dapat mensintesis heat-shock protein untuk membantu mengatasi permasalahan cekaman temperatur. Mekanisme sintesis protein tersebut digunakna untuk melakukan pelipatan-pelipatan molekul proteinnya sehingga dapat mencegah denaturasi protein. Meskipun demikian, kemampuan toleransi temperatur untuk mengatasi cekaman temperatur juga terbatas.
Tanaman orok-orok (Crotalaria juncea) merupakan tanaman tropis yang termasuk dalam family legume (Fabaceae) yang berasal dari India (Mannetje, 1992). Mannetje (1992) juga menambahkan bahwa tanaman ini merupakan tanaman yang mampu beradaptasi pada temperatur tinggi serta dapat mentoleransi cekaman cahaya, namun tidak toleran terhadap kadar garam tinggi dan cekaman air tinggi. Tanaman ini umumnya digunakan sebagai pakan ternak dan tanaman obat yang banyak mengandung fiber. Selain itu, tanaman ini juga memiliki kemampuan untuk memperbaiki struktur tanah (GRIN, 2005), sehingga banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk. Adapun klasifikasi dari tanaman orok-orok adalah:
Kingdom  : Plantae
Order        : Fabales
Family      : Fabaceae
Genus       : Crotalaria
Species     : Crotalaria juncea


C.  METODE
1.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan ialah cawan petri dan oven, sedangkan bahan yang digunakan ialah kapas, air secukupnya dan biji orok-orok (Crotalaria juncea).

2.    Cara Kerja
Percobaan ini dilakukan dengan cara memanaskan biji gulma tersebut pada oven dengan temperatur 70o C selama 1 jam sebanyak 10 biji. Setelah dingin, biji tersebut dikecambahkan diatas cawan petri yang telah diberi kapas. Selanjutnya biji tersebut dibasahi dengan sedikit air dan diamati perkecambahannya. Selain itu, dilakukan pengecambahan biji gulma yang telah dikeringkan secara alami sebagai kontrol dengan metode yang sama yakni diatas cawan petri yang telah diberi kapas. Biji-biji tersebut kemudian diamati perkecambahannya.

D.  HASIL DAN PEMBAHASAN
1.    Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data dan histogram sebagai berikut:
Tabel Hasil Perkecambahan biji gulma orok-orok
Perlakuan
Jumlah biji yang berkecambah
Dikeringkan dengan oven pada temperatur 70oC
0
Dikeringkan secara alami
12

Histogram Hasil Perkecambahan biji gulma orok-orok

Percobaan dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan 20 biji gulma orok-orok untuk setiap perlakuan. Berdasarkan data dan histogram hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pada perlakuan pengeringan biji degan pemanasan pada oven dengan temperatur 70oC tidak ada biji yang berkecambah. Sedangkan pada perlakuan pengeringan secara alami pada temperatur ruang, biji berkecambah sejumlah 12 biji dari 20 biji. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh temperatur terhadap kemampuan biji untuk berkecambah.

2.    Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh temperatur tinggi pada perkecambahan biji gulma orok-orok (Crotalaria juncea). Menurut Situmeang dkk (2014), pemansan dapat mencegah benih akibat aktivitas jamur dan bakteri. Namun, temperatur yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan embrio yang akan berakibat pada kematian biji (Barkai-Golan, 2001). Percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian perlakuan temperatur tinggi pada biji dapat mengurangi bahkan menghilangkan viabilitas biji. Dalam percobaan ini, biji-biji yang dikecambahkan setelah pemanasan pada oven dengan temperatur 70oC sama sekali tidak ada yang berkecambah, sedangkan pada perlakuan alami ada 12 biji yang dapat berkecambah. Hal tersebut didukung dengan pernyataan bahwa temperatur yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan adanya denaturasi enzim dalam biji, sehingga metabolismenya terganggu (Campbell, et al., 2008). Dengan kata lain, pemanasan biji gulma orok-orok yang telah mengalami pemanasan pada temperatur 70oC mengalami denaturasi enzim dan berbagai protein struktural penyusun bijinya, termasuk organ embrionya. Akibatnya viabilitas bijinya menjadi hilang dan biji tersebut tidak dapat berkecambah.
Disisi lain, terdapat 8 biji yang tidak berkecambah pada perlakuan alami. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi ketidakmampuan biji tersebut dalam berkecambah ialah adanya penurunan viabilitas biji karena lama penyimpanannya yang melebihi daya simpan normal biji tersebut. Hal tersebut juga dapat terjadi karena kesalahan selama selama melakukan percobaan dimana pada hari kedua dan ketiga, kedua cawan percobaan diletakkan di luar ruangan dengan kondisi terpapar cahaya matahari secara langsung. Intensitas cahaya yang tinggi ini dapat berkaitan dengan temperatur. Akibatnya biji tersebut juga mengalami penurunan viabilitas. Selain itu, faktor ketersediaan air juga dapat mempengaruhi kemampuan biji-biji tersebut untuk berkecambah.
Tanaman memiliki temperatur optimum pertumbuhan yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya (UoA, 1998). Meskipun tanaman memiliki kemampuan menghasilkan heat-shock protein untuk melawan cekaman temperatur, namun hanya pada batas toleransi tertentu. Oleh karena itu, penanaman tanaman berbiji juga harus memperhatikan temperatur optimum yang menjadi batas toleransi biji untuk dapat melakukan perkecambahan.

E.  KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa temperatur tinggi dapat mengakibatkan adanya kematian embrio biji, sehingga biji tidak mampu melakukan percambahan. Biji gulma orok-orok yang dipanaskan dengan temperatur 70oC sama sekali tidak mangalami perkecambahan setelah dikecambahkan selama 7 hari.

F.   DAFTAR PUSTAKA
Barkai-Golan. (2001). Postharvest Diseases of Fruits and Vegetables: Development and Kontrol. Elsevier.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., et al. (2008). Biology, 8th Edition. Pearson Benjamin Cummings.
GRIN. (2005, September 12). US National Plant Germplasm System. Retrieved December 31, 2016, from US National Plant Germplasm System: https://npgsweb.ars-grin.gov
Mannetje. (1992). Home: Leguminonae. Retrieved December 31, 2016, from Crotalaria juncea L: http://www.fao.org/
Situmeang, Purwanto, A., & Sulandari, S. (2014). Pengaruh Pemanasan Terhadap Perkecambahan dan Kesehatan Benih Kedelai. Vegetalika, 27-37.
UoA. (1998). MG Manual Home: Basid Botany. Retrieved December 31, 2016, from Environmental Factors that Affect Plant Growth: https://cals.arizona.edu



G. LAMPIRAN
Tahap awal perkecambahan biji

Perkecambahan biji setelah 7 hari



Tidak ada komentar:

Posting Komentar